Langsung ke konten utama

Masa Kecil dan Sari Koeswoyo Kini




Louise Herning Hapsari dikenal dengan Sari Koeswoyo. Anak pertama dari pasangan Yok Koeswoyo dan Almh. Maria Sonya Tulaar. Hidup di lingkungan seni sedari kecil membuat dirinya ikut berkecimpung di panggung hiburan.
Saya memanggilnya dengan sebutan budhe sari. Entah kenapa panggilan budhe tersemat dalam dirinya, mungkin karena keturunan wong jowo jadi rasanya lebih pantas saya panggil budhe.
Sitkom taun 90an "Pondok Pak Djon" (disingkat PPD) lah awal mula saya tau beliau.. sebenarnya saya lupa lupa ingat scene atau dialog apa yang saya hapal dari sitkom tersebut. Tapi hingga kini sitkom itu sangat membekas dalam memori saya. hanya ingat pemain utamanya Alm. Rachmat Hidayat dan ada kehadiran Sari Koeswoyo di dalamnya. sosok yg agak tomboy dan terkadang bikin masalah itu yang membuat saya ingat akan dirinya dari sitkom PPD.
Setelah Sitkom itu berlalu saya pun tak bisa melihat perannya lagi dari layar kaca. disamping jaman itu belum ada sosial media seperti sekarang. Jadi ya informasinya sebatas pemain PPD dan anak Yok Koeswoyo. Saya hanya tau itu!!!!.
Hingga saya beranjak dewasa, jenis Sosial Media sudah mewabah, saya mulai mencari tau tentang dirinya. Bisa dibilang pembalasan di masa kecil. Karena waktu itu saya belum sekolah, gak boleh jajan banyak2, jangan banyakin main atau nonton. Jadi ya musti ikutin kata orang tua ya toh??.
Dimulai dari searching google.. siapa sih Sari Koeswoyo itu??? Sari Koeswoyo dah gimana keadaannya??? setelah itu beralih ke media sosial ataupun iseng mencari majalah lawas yang memuat artikel ataupun sekedar cover tentangnya.
Jujur.. Sulit mencari informasi lebih dalam lagi tentang Sari Koeswoyo.. pernah dalam suatu waktu majalah lawas bercover keluarga Yok Koeswoyo di jual, silap sebentar langsung di beli oleh pelanggan lain agak kesel sih tapi yaaa musti fair kan, siapa cepat siapa yang dapat (dan pada Oktober ini saya tau siapa yang membeli majalah tersebut). tak jarang banyak pelapak majalah jadul yang saya tanyakan mereka menjawab "aduhhh susah mba'e cari majalah sari koeswoyo" itu yang sering saya dapatkan. Berulang kali saya gigit jari. Hiks hiks


Tepatnya tanggal 7 April 2018, Instagram saya di follow dan di like oleh sosok lama yang saya cari selama ini.. rasanya mau tepok Pramuka dehh.
Sebelum adanya ajang perfollowan, sebenarnya saya pernah melihat budhe Sari saat melayat ke Rumah Duka RS Dharmais Jakarta. Kita berada di lokasi yang sama saat melayat Almarhum Benny Panjaitan. Budhe memakai kostum casual berwarna hitam. So Simpel. Disitu saya hanya diam melihatnya dari balik pintu kaca. Mengingat itu momen duka bukan ajang hahahihi sudah sepantasnya saya ikut berduka dalam malam itu bukan ujuk ujuk mendekati dan meminta foto bersama.
Jika tidak salah pada bulan Juli lalu saya baru tau jika budhe turut mencalonkan diri menjadi Anggota Legislatif. Tidak tanggung tanggung 2 anggota sekaligus dari Keluarga Koeswoyo yang terjun ke panggung politik. Sari dan Chicha Koeswoyo. Yuppp banyak juga orang yang bertanya seputar pencalonan mereka. Tapi kali ini saya membahas seputar SK (Sari Koeswoyo).





Di Kutip dari Gesuri.id - Mantan penyanyi cilik Sari Yok Koeswoyo beralih profesi, kemudian memilih keberuntungan di dunia politik dengan menjadi bakal calon anggota legislatif (bacaleg) dari PDI Perjuangan.
"Saya berproses panjang sekali, mungkin sekitar 10 tahun, sampai akhirnya memutuskan menceburkan diri ke dunia politik praktis," kata Sari Yok Koeswoyo di Jakarta, Sabtu (28/7).
"PDI Perjuangan juga memiliki ideologi yang kuat dan berbasis pada Pancasila," katanya.
Putri musisi kelompok musik Koes Plus, Yok Koeswoyo, ini mengatakan bahwa dirinya memilih PDI Perjuangan juga dengan pertimbangan memiliki visi yang sama, yakni ingin memperjuangkan kepribadian bangsa Indonesia melalui kebudayaan.
PDI Perjuangan menempatkan Sari Yok Koeswoyo di Dapil 9 Jawa Timur (Kabupaten Bojonegoro dan Kabupaten Tuban). 
Artikel diatas mengingatkan saya pada salah satu ulasan cerita dari buku "Kisah dari Hati Koes Plus" yang menyatakan:
Koes Plus dibahas panjang lebar di website Pemerintah Daerah Tuban, tanah kelahiran Keluarga Besar Koeswoyo.
Tidak menutup kemungkinan jika seorang Sari Koeswoyo bisa mendapatkan suara banyak dalam pemilihan nanti. Menang Total A.K.A Menang Mutlak. Aamiin

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Peluncuran Buku Salingka Benang Kehidupan Puan Puti Reno Sativa Sutan Aswar

  Peluncuran Buku Salingka Benang Kehidupan Puan Puti Reno Sativa Sutan Aswar yang di gelar pada Senin, 20 Oktober 2025 di Museum Nasional Medan Merdeka Barat, Jakarta. Tidak hanya sebuah peluncuran sebuah buku, namun juga merayakan sebuah perjalanan hidup yang penuh makna dan penuh perjuangan dari seorang Ibu Sativa Sutan Azwar atau biasa disebut dengan tante Atitje. Selain sebagai seorang ibu, sebagai simbol pelestarian kebudayaan dan simbol perjuangan dari seorang Perempuan. Sosok yang bukan sekadar menyimpan dan meneliti tenunan serta songket, tetapi juga turun gunung langsung untuk merawat dan melestarikannya. Peluncuran Buku Salingka Benang Kehidupan ini dihadiri beberapa tokoh penting nasional seperti Ketua Komisi IV DPR RI Ibu Titiek Soeharto selaku Ketua Himpunan Ratna Busana, Isteri Wakil Presiden RI ke 10 dan ke 12 Ibu Mufida Jusuf Kalla. turut hadir Ketua Yayasan Serumpun Bumi Melayu Ibu Nuning Wahyuniati, Didit Hediprasetyo, Ny. Nina Akbar Tanjung, Ny. Kartini Sj...

Warna, Rasa, dan Cerita — Berpadu di Pameran Negeri Elok 2025

  Pameran dengan tema "80 Tahun Keberagaman" ini diresmikan dua hari setelah  17 Agustus 2025, sebagai bagian dari peringatan 80 tahun kemerdekaan Republik Indonesia di Museum Nasional Indonesia, Jakarta. Pameran ini diinisiasi oleh Didit Hediprasetyo, dikurasi oleh Arsitek Andra Matin dan fotografer Davy Linggar, serta menampilkan karya dari beberapa fotografer ternama di Indonesia. Pameran ini mengusung delapan tema utama, yaitu masa lalu, wajah, lanskap, kuliner, fauna, arsitektur, budaya, dan film. Dengan tema-tema tersebut, pameran ini mengajak pengunjung untuk melihat kekayaan Indonesia dari berbagai sudut pandang yang berbeda. "Saya berterima kasih kepada Andra Matin dan Davy Linggar dan para seniman yang telah berkontribusi melalui karyanya di Negeri Elok 2025. Di sini, ada 1945 bambu runcing, instalasi karya Andra Matin dan kurasi foto dari beliau," kata Didit yang juga pendiri Didit Hediprasetyo Foundation. Didukung oleh Wonderful Indonesia, Indo...

Novel Karmila

Judul buku = Karmila Penulis = Marga T. Penerbit = Gramedia Tebal = 432 halaman Cetakan = Keenam, Pebruari 1975 Karmila karya Marga T. merupakan novel fiksi pertama yang publikasikan oleh Gramedia Pustaka Utama pada tahun 1973 dan telah mengalami beberapa kali cetak ulang hingga tahun 2004. Pada mulanya Karmila merupakan cerita bersambung yang dimuat di dalam Harian Kompas. Novel ini menorehkan pro dan kontra dalam masyarakat karena persfektif yang berbeda dalam menyikapi persoalan sensitif semacam seks dan agama. Novel ini telah diangkat ke dalam sebuah film dengan judul “Karmila" pada tahun 1974 disutradarai oleh Ami Prijono dan "dr. Karmila” pada tahun 1981 disutradarai oleh Nico Pelamonia. (Untuk Cuplikan Filmnya akan di posting kemudian). Di kaitkan dg filmnya. Saya lebih condong dengan dr Karmila 1981. Penokohan perannya lebih kuat dan dialognya lebih terasa. Tidak berbeda jauh dengan novelnya. Versi 1974. Tokoh Feisal. sosoknya tidak mencerminkan pemuda ta...